FLASHNEWS

Manusia Purba, Tradisi dan Kearifan Lokal Zaman Prasejarah

 



Materi ini disampaikan oleh Bapak Dr. Sudrajat Dosen Universitas Negeri Yogyakarta dalam kegiatan belajar di grup APEPSI pada hari Selasa 24 Mei 2022 melalui zoom meeting. 


Berikut materi yang disampaikan dalam kegiatan tersebut :  

Human Origins : 

Hingga saat ini asal-usul tentang manusia masih menjadi misteri dan akan menjadi bahan penyelidikan yang tidak ada habisnya. Pada umumnya wacana tentang asal-usul manusia didasarkan pada dua pandangan yaitu pandangan yang menyakini akan ajaran agama bahwa manusia pertama adalah Adam, dan pandangan ilmiah yang memandang manusia  sebagai satu keturunan dengan kera (primata)


Paradigma Evolusionisme

• Ilmuwan yang dianggap sebagai tokoh evolusi yaitu Charles Darwin (1089) yang menulis karya “On the Origin of Species” sedangkan tokoh lainnya adalah Alfred Russel Wallace (1823) yang lebih menekankan pada proses seleksi alam dengan karya The Malay Archipelago (1869), Geographical Distribution of Animals (1876), Darwinism (1889), and Man’s Place in the Universe (1903). 

• Teori evolusi beranggapan bahwa makhluk hidup berkembang dan mengalami perubahan melalui berbagai tahap untuk menyesuaikan dengan lingkungannya. Dalam perkembangan tersebut berlaku seleksi alam, dimana yang dapat menyesuaikan dapat bertahan dan yang tidak akan punah.


Evolusi Biologis

• Ciri makhluk hidup ditimbulkan oleh pewarisan dan lingkungan. Pewarisan yang terkecil adalah gen yang terdapat pada kromosom yang berpasang-pasangan dalam inti sel. Manusia mempunyai 23 pasang kromosom yang didalamnya ditaksir terdapat 100 ribu gen.

• Pada proses reproduksi gen dari kedua orangtua menurun pada anaknya sehingga timbul kombinasi gen yang baru. Dalam suatu populasi gen dan frekuensinya tidak berubah, kecuali ada kejadian tertentu misalnya: mutasi (gen atau kromosom berubah), seleksi alam yang menguntungkan gen tertentu, arus gen: mengalirnya gen ke dalam atau keluar populasi, dan perubahan frekuensi gen secara rambang dalam populasi kecil yang disebut efek perintis. Perubahan frekuensi gen disebut evolusi yang berjalan lambat dari satu generasi ke generasi berikutnya. 


Jenis Evolusi

• Mikroevolusi yaitu perubahan frekuensi gen dalam ukuran kecil di bawah tingkat spesies. Mikroevolusi menimbulkan populasi lokal, subras atau ras yang baru. Perubahan tidak cukup banyak, tidak menghilangkan interfertilitas. Jika interfertilitas lenyap maka akan muncul spesies baru dan prosesnya disebut spesiasi. 

• Makroevolusi terjadi di atas spesies  dimana terjadi adaptasi umum terhadap lingkungan baru, perubahan frekuensi gen terjadi dalam ukuran besar dan mengalami spesialisasi. Terjadi dalam jangka waktu sangat lama prosesnya tidak dapat diamati.


Evolusi Manusia

• Manusia termasuk ke dalam ordo Primata yang mulai hidup di muka bumi sejak 65 juta tahun yang lalu. 

• Sebagian primata tergabung dalam subordo Anthropoidea yang sejarahnya dimulai 40 juta tahun yang lalu. Hewan ini kedua matanya lebih ke mula, moncong mengalami penyusutan, otak semakin bertambah besar.

• Sebagian Anthropoidea tergabung dalam infraordo Catarrhini dengan ciri: hidung sempit dengan lubangnya berdekatan, berkembangnya fungsi tangan, dapat duduk dengan tegak.

• Sebagian Catarrhini tergabung dalam superfamili hominoidea yang mulai muncul 30 juta tahun yang lalu. Karakteristik: tidak ada ekor, gigi berbeda dari catarrhini lain, bergerak dengan sepasang anggota badan, otak bertambah rumit, umur lebih panjang.

• Sejak 15 juta tahun yang lalu hominoidea memisahkan diri ke dalam famili hominidae.Ciri: otak makin besar, bergerak semakin tegak berjalan. Pembagian famili hominidae ke bawah sampai sub ras masih terdapat berbagai kontroversi. 


Hominidae

• Ada beberapa subfamili dari hominidae: Australo-pithecinae, homininae, dan Ramapithecinae.

• Australopithecinae mempunyai otak 500 cc, muncul di bumi 5 juta tahun yang lalu, berjalan dengan dua kaki meski belum tegak, tinggi 125 cm berat 25 kg. Genus Australopithecinae terdiri dari: A. africanus, robustus, boisei, habilis, dan afarensis.

• Homininae muncul 2,5 juta tahun yang lalu, berjalan tegak dengan 2 kaki, tangan menggenggam erat, otak 750 cc, ada reduksi alat penguyah.

• Ramapithecinae sekarang sebagian besar berkeyakinan sebagai nenek moyang orangutan,  


Homininae

• Terdiri atas 2 genus yaitu: pithecantropus (pleistocen awal) dan homo (pleistocen akhir), sekarang digabungkan ke dalam genus homo. 

• Pithecanthopus memiliki tinggi sama dengan manusia sekarang, besar otak 750-130 cc, organ pengunyah sudah lebih kecil dari Australopithecinae, tulang atap tengkorak tebal. 

• Genus ini mempunyai beberapa spesies yang banyak tersebar di dunia: Africa, Cina, Eropa, Indonesia. Pada masa pleistocen akhir genus ini berevolusi menjadi homo.


Homo

 Jumlah spesies dari genus homo tergantung dari klasifikasi famili, subfamili dan genus. Kalau Australopithecinae dimasukkan dalam homo maka: H Africanus, H Erectus, dan H Sapiens. Bila pithecantropus masuk spesies homo maka: homo erectus, dan homo sapiens.

 Homo neanderthalensis  (Homo sapiens neanderthalensis)  sudah ada di bumi 250 ribu tahun yang lalu. Spesies ini mendiami Eropa, Asia Barat dan Afrika Utara.

 Homo sapiens sapiens  muncul 40 ribu tahun yang lalu mendiami hampir semua wilayah. Tonjolan kening lenyap, struktur mulut, kerongkongan, tenggorokan, dan dasar tengkorak menyakinkan dapat untuk produksi dan bertutur kata.


Human Evolutions



• Human Prehistoric

• Meganthropus A/Sangiran 6 

• Meganthropus C/Sangiran 33/BK 7905



• Sangiran 27 dan Sangiran 31


Meganthropus Palaeojavanicus

• Fosil pertama kali ditemukan oleh Gustav Heinrich von Koenigswald tahun 1941 yang kemudian dikirimkan kepada Franz Weidenreich. 

• Ciri: tubuh tegap, rahang besar, bentuk geraham seperti manusia, tetapi tidak berdagu seperti kera, tulang pipi tebal, ada tonjolan di kening dan belakang kepalanya, diperkirakan makanan pokok tumbuh-tumbuhan, perkiraan hidup pada 2 –1 juta tahun yang lalu (pleistocen bawah).

• Tidak diketahui hubungan evolusinya dengan Pithecan-thropus. Kebanyakan ahli memasukkan ke dalam genus Pithecantropus, ada yang memasukkan dalam genus Homo, ada juga yang memasukkan dalam Australopithecus.


Fosil Temuan Eugene Dubois



Pithecanthropus Erectus

 Fosil genus Pithecanthrous pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil berupa atap tengkorak (T2) yang diprediksi milik seorang laki-laki dengan isi 900 cc, kemudian tulang paha kaki kiri (T3) yang diperkirakan milik seorang perempuan. 

 Temuan lain dari genus tersebut berasal dari Sangiran berupa tengkorak (S2, S10, S12), rahang bawah dan atas (S15, S21) gigi (S7, S11, S16, S24) tulang kering (S19b), dan tulang paha (S29, S30).


Karakteristik:

• Badan tegap dengan tinggi 160-180 cm, berat badan 80-100 kg;

• Isi otak dalam tengkorak 750-1000 cc;

• Alat penguyah (gigi) kuat;

• Rahang menonjol ke depan, tulang kening menonjol;

• Dagu tidak ada, hidungnya lebar;

• Pipi menonjol ke depan dan ke samping;

• Leher tegak dan miring ke belakang;

• Tengkorak lonjong dengan atap tebal.

• Dating: 1  juta- 500 ribu tahun yang lalu.


Pithecanthropus Mojokertensis

• Spesies lain dari genus Pithecanthropus yaitu Mojoker-tensis (Robustus) yang pertama kali fosilnya ditemukan di Kepuhklagen, Perning tahun 1936. 

• Fosil temuan: atap tengkorak, beberapa rahang atas dan rahang bawah, dan beberapa gigi lepas.

• Dating menunjukkan taksiran kepurbaan 1,9 juta tahun yang lalu, jadi kira-kira sezaman dengan Meganthropus.

• Ciri: badan tegap, tonjolan kening dan tulang pipi tebal, volume otak diperkirakan 750-1000 cc.


Pithecanthropus Soloensis

• Fosil temuan: tengkorak di Sangiran (S17), dan Ngadirojo, Sambungmacan (Sm 1). Secara morfologis lebih mirip dengan yang ditemukan di Cho kou tien (Beijing). P. Pekinensis.

• Ciri: badan tegap (165-180 cm), tulang pipi besar dan kasar, rahang atas menonjol ke depan, tengkorak lonjong, tebal dan masif dengan isi otak 1000-1300 cc. 

• Spesies jenis ini diperkirakan hidup 900-300 ribu tahun yang lalu, ada sebagian ahli yang memasukkan ke dalam genus Homo Neanderthalensis, bahkan ada yang menganggap homo sapiens sapiens.


Fosil Homo Wajakensis


Genus Homo

• Fosil manusia dari genus Homo di Indonesia kala pleistocen adalah rangka dan tengkorak dari Wajak diperkirakan perempuan 30 th (W1) yang ditemukan von Reischotten 1889 dan beberapa tulang paha dari Trinil (T9-T10). Rangka Wajak kedua diperkirakan laki-laki (W2) terdiri tengkorak, rahang atas bawah, dan tulang kering.

• Fosil tersebut diyakini termasuk Homo Sapiens dengan beberapa ciri yang progresif: volume otak 1000-2000 cc, tinggi badan bervariasi 130-210 cm, berat badan 30-130 kg, muka datar dan lebar, mulut sedikit menonjol, dahi miring.


Zaman Pleistocen

• Zaman pleistocen awal diperkirakan berumur 1,9 juta tahun. Pada masa tersebut hidup pithecanthropus modjokertensis, meganthropus palaeojavanicus.

• Zaman pleistocen tengah hidup manusia jenis: pithecanthropus erectus dan pithecanthropus soloensis. 

• Masa pleistocen akhir pithecanthropus soloensis masih bertahan bersama jenis homo sapiens dari Wajak.

• Zaman pleistocene awal dan pliocene akhir diperkirakan terjadi migrasi manusia dan binatang dari daratan Asia ke kepulauan Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena terbentuknya paparan sahul di sebelah timur. 


Hybridisasi

• Sejak 10.000 tahun BP (permulaan zaman Holosen) ter-dapat dua ras dominan di kepulauan Indonesia: Austra-lomelanesid dan Mongoloid.

• Austramelanesid ditemukan di bukit remis Sumatera Timur, (Langkat, Langsa, Tamiang) dan gua-gua di Jawa Timur (Tuban, Sampung).

• Mongoloid ditemukan di Sulawesi Selatan  (Lamoncong) di berbagai goa: Cakondo, Uleleba, dan Baliso. 

• Kemungkinan besar terjadi campuran antara kedua ras tersebut sehingga hybridisasi manusia terjadi dalam waktu panjang.


Austronesia  Diasporas

Penduduk Indonesia

 Penduduk Indonesia merupakan species campuran manusia lokal (yang fosilnya ditemukan) dengan manusia pendatang (kemungkinan dari Cina Selatan).

 Bahasa Austronesia (Australis: selatan, nesos: pulau) persebarannya meliputi Nusantara dan Pasifik. 

 Kemungkinan pusat diaspora bahasa Austronesia berasal dari Indochina (Geldern, Heekeren, Kern). Mereka termasuk ras Mongoloid selatan yang mempunyai kemampuan berlayar.


Taiwan as Ancestor

• Hendrik Kern (1889): bahasa di Nusantara dan pasifik berasal dari rumpun yang sama yaitu Malayo-Polinesia. 

• Walter Schmidt (1899): bahasa Austronesia merupakan peca-han dari bahasa Austrik, pecahan lainnya adalah Austroasiatik yang dituturkan di Barat (Indochina).

• Peter Bellwood (2000): Taiwan merupakan asal usul bahasa Austronesia. Nenek moyang penutur ini adalah komunitas Neolithik di Yang Zi  (China Selatan) antara 7000-6000 BP. Pendapat ini kemudian dikenal dengan Out of Taiwan Theory.


Nusantara as Ancestor

• Stephen Oppenheimer (1998): munculnya berbagai per-adaban di dunia didorong oleh para migran dari paparan Sunda di akhir zaman Es.

• 8000 BP paparan Sunda digenangi air sehingga para peng-huninya berpindah ke seluruh penjuru dunia: Mesopotamia, India, China dan Pasifik.

• Uji genetik menunjukkan bahwa masyarakat Asia Tenggara merupakan masyarakat pribumi yang sudah ada sejak akhir pleistocene dan tidak mendapat masukan unsur genetika baru dari daratan Asia.

• W.G Solheim (1985): wilayah Indonesia timur laut-Filipina selatan sebagai asal usul penutur Austronesia. Budaya Nusantao dan bahasa Austronesia merupakan perkembangan masyarakat paparan Sunda dari akhir masa glasial hingga 5000 BP. Penguasaan teknologi pelayaran mendorong mereka menjelajahi kawasan Asia Tenggara-Pasifik sampai ke Jepang.

• W. Meacham (1985) menyebut segitiga kawasan Taiwan-Sumatera-Jawa, dan kawasan Timor-Rote sebagai asal usul penutur Austronesia. Budaya tersebut merupakan hasil evolusi setempat dan interaksi regional sejak awal holosen hingga 6000 BP sebagai akibat kenaikan air laut. 


Austronesia

• Ketika penutur Austronesia datang, kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh manusia yang hidup food gathering ras Australo-Melanesia.

• Penghuni pendukung kebudayaan praneolithik ini berkembang sejak zaman holosen dengan menghuni goa di berbagai pelosok. Bukti campuran kedua ras: situs Anyer dan Gilimanuk.


Kebudayaan Zaman Praaksara

Zaman Praaksara

• Palaeolithikum: zaman palaeolithikum berlangsung selama kurang lebih 600. 000 tahun pada masa pleistocen (diluvium). Ciri khas: kehidupan sangat sederhana, manusia belum menetap (nomade), peralatan/ perlengkapan dibuat dari batu yang masih kasar. 

• Mesolithikum: berakhirnya zaman pleistocen serta dimulainya zaman holocen menandai perkembangan kebudayaan manusia dimana dihasilkan alat-alat yang lebih baik. 

• Neolithikum: kira-kira terjadi 1000 SM dimana manusia telah mulai hidup menetap dan berhasil memproduksi makanan sendiri serta melakukan domestifikasi binatang.


Palaeolithikum (Old Stone Age)

 Kebudayaan Pacitan: von Koenigswald tahun 1935 menemukan alat-alat batu yang terbuat kasar yang kemungkinan dipergunakan oleh manusia genus pithecanthropus yang disebut chopper. Alat serupa ditemukan juga di Gombong, Sukabumi, dan Lahat (Sumsel).

 Kebudayaan Ngandong (Ngawi) ditemukan alat terbuat dari tulang binatang yang berfungsi sebagai penusuk, flakes yang terbuat dari chalcedon,  serta kapak genggam. 

 Chopper chopping tool complex: Budaya Soan (Pakistan), Anyatha (Myanmar), Fingnoi (Thailand), chou-kou-tien (China), Tampan (Malaysia), dan budaya Pacitan (Indonesia).


Chooper dan Flake


Kehidupan Sosial

 Budaya pertama dari masa pleistocene adalah berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering).

 Pola kehidupan berkelompok dalam jumlah kecil. Mereka mempertahankan jumlah kelompok agar efektif dalam berburu.

 Kemungkinan sudah ada pembagian pekerjaan dengan memperhatikan aspek jenis kelamin.

 Kemungkinan mulai menggunakan bahasa isyarat untuk komunikasi.


Mesolithikum (middle stone age)

 Jejak kebudayaan ditemukan di Sumatera (kjokken-moddinger ) dengan alat pebble tools yang dikenal dengan Sumatralith. Temuan lain di Cina selatan, Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Semenanjung Malaya. Alat ini merupakan ciri khas dari budaya Hoabinh (Hoabinhian) 

  Sementara di Jawa dan Sulawesi berkembang budaya di gua (abris sous roche) tempat penemuan Ponorogo dan Sulawesi dengan peralatan flakes, batu giling, tanduk, dan lain-lain.

 Di Sulawesi dan Papua juga ditemukan seni lukis cadas di dalam gua  sebagai ekspresi seni dari kehidupan masa tersebut.


• Gua Remis di Sumatera

• Pebble (Sumatralith)


Neolithikum

• Dimulai sekitar tahun 1000 SM, merupakan revolusi dalam kehidupan manusia karena telah mengubah jalan kehidupan manusia. 

• Pendukung kebudayaan ini dimungkinkan manusia pendatang Austronesia yang mulai bermigrasi sejak tahun 2000 SM. 

• Peralatan yang dikembangkan berupa kapak persegi, kapak lonjong, benda perhiasan, tembikar, dan lain-lain. 


Artefak zaman neolithikum


Megalithikum

• Kebudayaan yang menghasilkan bangunan atau benda-benda besar yang terbuat dari batu. Benda yang dibuat terkait dengan kehidupan religius untuk perlengkapan dan peralatan ritual kepercayaan.

• Muncul bersamaan dengan dimulainya zaman neolithikum, namun berkembang pesat bersamaan dengan zaman logam dan lebih berkembang lagi pada abad-abad pertama sampai abad 10.

• Peninggalan: menhir, dolmen, sarcofagus, punden berundak, dan lain-lain.


Arca

Arca zaman prehistoric banyak ditemukan di Bali yang sekarang banyak tersimpan di dalam pura. Hal ini menunjukkan sistem religi dan kepercayaan masyarakat.


Zaman Logam

• Dimulai bersamaan dengan Neolithikum serta Megalithikum yaitu pada awal Masehi. 

• Manusia sudah mengalami kemajuan mengenal bahan logam sebagai bahan pembuatan peralatan hidup.

• Peralatan yang ditemukan: kapak corong, nekara, perhiasan, dan lain-lain. Dimungkinkan kebudayaan Logam berasal dari bangsa Vietnam yang kemudian menyebarluaskan ke kepualauan Asia Tenggara. 


Kearifan Lokal Zaman Prasejarah

J L A Brandes:

• Nenek moyang sudah dapat membuat figur boneka yang salah satunya dapat dilihat dari boneka orang-orangan suku bugis. 

• Nenek moyang sudah mampu membuat seni hias yang dapat dari beberapa goa-goa yang dipenuhi lukisan telapak tangan. 

• Nenek moyang kita sudah mengenal pengecoran logam, seperti gendang perunggu di bali. 

• Sudah mengenal sistem barter untuk memenuhi kehidupan dan kegiatan ekonomi. 

• Sudah mengenal instrumen musik. Kentongan dikenal sebagai alat musik khas nusantara yang sekarang banyak digunakan untuk siskamling. 

• Nenek moyang sudah menggunakan tradisi lisan untuk menyampaikan pengetahuan. 

• Sudah mengenal teknik irigasi untuk pertanian, seperti di bali dikenal sebagai subag (terasering), 

• Sudah memahami astronomi, seperti dalam menentukan bulan menuai dan memanen, 

• Menguasai teknik navigasi dan pelayaran untuk menunjukan arah pergi dan pulang dalam pelayaran lautnya. Hal ini dapat didengar melalui sebuah lagu yang sudah populer “nenek moyangku seorang pelaut,……”. 

• Masyarakat dulu sudah mengenal tata kelola masyarakat dengan keberadaan kepala-kepala adat atau suku.


Bagi Anda yang membutuhkan Power Point tentang materi tersebut silakan download di sini