FLASHNEWS

Penelitian Tindakan Kelas di Masa Pandemi

Bapak Ibu hebat, guru IPS se-Indonesia, ijinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya adalah Baharudin. Meskipun demikian, seringkali orang yang telah mengenal saya lebih akrab dengan nama panggilan saya, yaitu Pak Yudi. Saya saat ini bertugas mengajar IPS di SMP Negeri 11 Kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.


Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu yang mengelola grup EDU IPS ini yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbagi sesuatu meskipun ilmu saya masih sedikit. Tawaran mengisi kegiatan berbagi di grup EDU IPS ini menjadi suatu kehormatan bagi saya secara pribadi. Untuk itu sebagai kesempatan pertama yang melakukan kegiatan pemaparan melalui teknik “wa grup” seperti ini, saya sebelumnya mohon maaf jika ada kekeliruan dalam penyampaian ini.


Bapak/Ibu yang saya hormati, keseharian saya saat ini sedang disibukkan dengan kegiatan Sahabat Rumah Belajar Kemdikbud yang mensosialisasikan dan mendiseminasikan pemanfaatan portal Rumah Belajar Kemdikbud. Tapi pada kesempatan yang berbahagia ini, saya tidak secara implisit mensosialisasikan portal Rumah Belajar tersebut, namun tetap saya hubungkan sedikit di dalam pemaparan saya nanti.


Materi yang akan saya paparkan pada kesempatan ini adalah “Penelitian di Masa Pandemi (Dalam Konteks Kenaikan Pangkat)”. Mengapa saya mengangkat materi ini? Hal ini disebabkan banyak guru yang galau terkait membuat PTK disaat masa pandemi yang mana salah satu problemnya adalah tidak ada kegiatan tatap muka di kelas. Selain itu, saya menyampaikan ini berdasarkan hasil diskusi dan telaah beberapa webinar yang diikuti, disebabkan pula saat ini saya termasuk Tim Penilai Angka Kredit untuk Jabatan Guru di wilayah saya sendiri yaitu Kota Bima.


Bapak Ibu, seperti kita ketahui bahwa Guru wajib melaksanakan Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif untuk syarat kenaikan pangkat. Jumlah Angka Kredit yang berasal dari Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif berbeda di setiap jenjang kenaikan pangkat. Selain itu, Pemerintah juga telah menetapkan jenis dan ragam Publikasi Ilmiah/Karya Inovatif yang dapat dinilai angka kreditnya. Pada pemaparan malam ini saya akan lebih fokus ke Publikasi Ilmiah, dan mengabaikan sementara untuk Karya Inovatif.



Bapak Ibu yang saya hormati, terdapat 10 jenis Publikasi Ilmiah yaitu :

1. Presentasi pada Forum Ilmiah

2. Laporan Hasil Penelitian

3. Makalah berupa Tinjauan Ilmiah / Best Practice di Bidang Pendidikan Formal dan Pembelajaran

4. Tulisan Ilmiah Populer

5. Artikel Gagasan Ilmiah/ Best Practice dalam Bidang Pendidikan

6. Buku Teks Pelajaran

7. Modul / Diktat Pembelajaran

8. Buku dalam Bidang Pendidikan

9. Karya Terjemahan

10. Buku Pedoman Guru


Meskipun jenis Publikasi Ilmiah sangat beragam, namun Publikasi Ilmiah yang paling dominan diajukan sebagai bahan kenaikan pangkat guru adalah “Laporan Hasil Penelitian” dalam bentuk “Penelitian Tindakan Kelas”. Salah satu sebabnya adalah karena angka kredit dari “Laporan Hasil Penelitian” cukup besar yaitu bernilai 4. Dan kenapa Penelitian Tindakan Kelas? Bisa juga disebabkan jenis penelitian ini yang sangat populer di kalangan guru.


Namun, di masa pandemi ini, ada beberapa guru yang galau dengan situasi tersebut. Mereka tidak dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas disebabkan tidak adanya tatap muka dengan siswa di kelas. Padahal untuk melakukan tindakan kelas serta observasinya dibutuhkan pertemuan tatap muka secara langsung di kelas seperti selama ini yang menjadi kebiasaan di masa normal. Selain itu, para guru juga tidak tahu harus memakai metode pembelajaran seperti apa untuk di PTK-kan.


Lalu jika demikian adanya, apakah berarti Penelitian tidak bisa dilakukan di masa Pandemi?


Baiklah Bapak/Ibu, saya ingin menegaskan SATU hal sebelum kita mulai. Kita perlu menyadari bahwa ragam Publikasi Ilmiah yang saya sajikan di SLIDE 1 di atas pada poin 2 adalah “Laporan Hasil Penelitian”. Sedangkan “Laporan Hasil Penelitian” yang dimaksud dalam hal ini, bukan hanya “Penelitian Tindakan Kelas” tetapi juga ada jenis penelitian lain yang dapat dinilai angka kreditnya. Lalu apa saja jenis penelitian yang dimaksud?



Di dalam slide 2 di atas, terlihat bahwa yang dimaksud “Laporan Hasil Penelitian” bukan saja PTK, tetapi terdiri dari:

1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS

2. PENELITIAN EKSPERIMEN

3. PENELITIAN DESKRIPTIF

4. PENELITIAN PERBANDINGAN

5. PENELITIAN KORELASI

6. PENELITIAN PENGEMBANGAN

7. PENELITIAN KUALITATIF

8. Dll (termasuk EX POST FACTO, PENELITIAN SURVEI)


Apa artinya disini? Artinya adalah sebenarnya Bapak Ibu tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan jenis “Penelitian Tindakan Kelas” jika kondisinya tidak memungkinkan, tetapi Bapak Ibu dapat melakukan jenis penelitian lain sebagai pengganti PTK namun tetap dapat diperhitungkan angka kreditnya.


Ijinkan saya menyampaikan beberapa contoh Penelitian yang dapat Bapak Ibu lakukan. Apa yang saya sampaikan ini hanya sebagai tawaran, bukan persis seperti yang saya contohkan. Bapak/Ibu dapat mengkreasikan judul dan tema penelitian yang ingin diangkat.

Berikut slidenya yang ingin saya tampilkan:






Dari gambaran slide yang saya tampilkan di atas, terdapat banyak pilihan bagi Bapak Ibu untuk melakukan Penelitian dalam konteks memenuhi unsur Publikasi Ilmiah seperti yang dipersyaratkan dalam DUPAK.


Jika dilihat dari definis penelitian tersebut, maka penelitian-penelitian di atas relatif lebih rasional dilakukan meskipun di masa pandemi. Karena sebagian dari contoh yang diajukan tersebut dapat dilakukan meskipun tidak bertatap muka langsung dengan siswa di kelas. Hal ini tentu saja juga tidak terlepas dengan variabel penelitian yang akan Bapak Ibu gunakan nantinya.


Misalkan pada penelitian Ex post facto, yang mana guru tidak melakukan treatment khusus. Bapak/Ibu dapat melakukan penelitian ex-post facto hanya dengan melihat hubungannya kepada variabel dependen tanpa perlu melakuan treatment khusus pada variabel independennya. Sebab variabel tersebut sudah terjadi.


Contoh lain, Bapak Ibu dapat melakukan Penelitian Pengembangan dengan menggunakan model-model penelitian pengembangan, misalnya : Bapak Ibu ingin melakukan penelitian pengembangan “media pembelajaran” menggunakan model penelitian Borg and Gall, atau 4D. Yang mana sebelum penggunaan “media pembelajaran” tersebut secara luas, “media” tersebut dapat dilakukan percobaan penggunaannya pada kelompok kecil.


Jadi dalam konteks penelitian di masa pandemi, Bapak Ibu masih dapat melakukan jenis penelitian lain tanpa harus “galau” dengan kondisi kelas yang tidak tatap muka.


Jika Bapak Ibu merasa lebih mudah melakukan penelitian eksperimen, maka lakukanlah dengan benar sesuai metodologi dan kaidah ilmiahnya. Atau jika bapak ibu ternyata sudah pernah melakukan penelitian pengembangan, maka lakukanlah penelitian tersebut sesuai dengan model-model penelitian pengembangan yang sudah ada. Yang pasti semuanya kembali kepada penguasaan Bapak Ibu terhadap salah satu jenis penelitian.


Nah, Bapak Ibu, setelah saya mengemukakan jenis penelitian lain selain PTK yang dapat dilakukan di masa Pandemi. Maka pertanyaan yang pasti muncul adalah, apakah dengan demikian PTK benar-benar tidak dapat dilakukan di masa Pandemi?


Pertanyaan ini akan tetap dimunculkan oleh Bapak Ibu, karena merasa bahwa penelitian PTK adalah yang paling familiar dengan Bapak/Ibu. Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan sama-sama  melihat definisi dan siklus PTK terlebih dahulu.

Simak dalam slide berikut :




Berdasarkan slide tersebut, kita bisa lihat bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Dalam konteks penelitian tindakan, ada 3 tujuan dalam PTK yang bisa dilakukan salah satunya yaitu : 

1. Memperbaiki Masalah

2. Meningkatkan derajat “kesehatan”, misalnya ingin lebih meningkatkan lagi hasil belajar, motivasi dan sebagainya.

3. Mengembangkan ilmu tindakan.

PTK yang sering kita lakukan adalah “memperbaiki masalah” dan sesekali melakukan PTK yang tujuannya “meningkatkan derajat (kesehatan)”. Sedangkan PTK yang tujuannya “mengembangkan ilmu tindakan” hampir tidak pernah guru lakukan.


PTK selalu dilaksanakan dalam siklus-siklus yang tahapan di tiap siklus terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Refleksi.


Berdasarkan tingkat kesulitannya di masa Pandemi, maka tahapan yang sulit dilakukan adalah tahapan “Pelaksanaan Tindakan” dan “Observasi”. Sedangkan tahapan “Perencanaan” dan “Refleksi” relatif lebih mudah dilakukan.


Nah, disinilah problemnya. Dari 4 tahapan di tiap siklus, kita dihadapkan pertanyaan, bagaimana melakukan “PELAKSANAAN TINDAKAN” disaat tidak ada tatap muka, dan bagaimana melakukan “OBSERVASI/PENGAMATAN” di saat subyek yang akan diamati tidak tampak secara langsung?.


Nah untuk menjawab masalah ini, saya akan mengutip penjelasan dari paparan Prof. Sugiyono pada kegiatan Webinar beliau tentang PTK di Masa Pandemi. Beliau mengajukan tawaran yang beliau istilahkan dengan  “PTK dengan Pendekatan Kualitatif”. 


Menurut paparan beliau, untuk melakukan tahapan “PELAKSANAAN TINDAKAN”, peneliti dapat melakukannya melalui  tatap maya. Tentu saja dalam hal ini, metode pembelajaran yang digunakan juga harus dimodifikasi dengan kegiatan “tatap maya”. Artinya disini adalah, beliau menyarankan merubah moda pertemuan, dari tatap muka menjadi tatap maya/tatap layar. Saya ambil contoh misalnya penggunaan metode pembelajaran “SOLE (SELF ORGANIZED LEARNING ENVIRONMENT)” yang “PELAKSANAAN TINDAKAN”nya dapat dilakukan melalui tatap maya.


Sedangkan untuk mengganti tahapan “OBSERVASI”, dapat diganti menjadi tahapan “WAWANCARA” dan/atau “DOKUMENTASI”. Namun setelah melakukan wawancara atau dokumentasi, maka bapak Ibu dapat menggunakan teknik triangulasi untuk memvalidasi data yang telah diperoleh. Teknik traiangulasi inilah yang mengadopsi penelitian kualitatif, yang mana dengan triangulasi, peneliti dapat menggunakannya untuk memvalidasi data. Misalkan dari hasil wawancara, subyek / siswa menyebutkan bahwa dia termotivasi. Namun berdasarkan hasil triangulasi melalui wawancara dengan orangtuanya, si subyek (siswa) ternyata tidak termotivasi. Hal inilah yang menjadi kegunaan dari teknik triangulasi, yaitu untuk memvalidasi data.


Demikianlah paparan saya tentang PTK. Tetapi sekali lagi Bapak/Ibu, tidak perlu memaksakan diri untuk melaksanakan PTK jika situasinya tidak memungkinkan. Namun Bapak Ibu dapat melaksanakan jenis penelitian lain yang lebih mudah untuk dilakukan.


Demikian pemaparan dari saya tentang Penelitian di Masa Pandemi, lebih kurangnya saya mohon maaf bila ada kekeliruan dalam penyampaian ini. Sebab ini adalah bentuk tawaran dalam memenuhi tagihan Publikasi Ilmiah bagi Bapak Ibu yang sedang merencanakan kenaikan pangkatnya.


Terima kasih saya ucapkan, Wassalamualaikum Wr. Wb.